Masuk Angin dan Angin Duduk seringkali berkembang di masyarakat. Namun dalam istilah medis, sesungguhnya dua istilah tersebut merupakan sebuah gejala dari suatu penyakit. Yang pasti masuk angin dengan angin duduk merupakan dua halnyang berbeda.
Spesialis Penyakit Dalam, dr Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein, Sp.PD mengatakan bahwa sebenarnya bukan hal yang sulit untuk membedakan antara masuk angin dan angin duduk.
Adapun gejala masuk angin biasanya seperti menderita dispepsia, yaitu gejala berupa nyeri, perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau berulang disertai dengan gejala lainnya seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang, kembung, bersendawa, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan dada terasa panas.
Sedangkan angin duduk biasanya berkaitan dengan masalah jantung atau pembuluh darah koroner. Gejalanya terasa nyeri yang dirasakan di bagian dada. Seperti ditimpa benda berat atau seperti ditusuk-tusuk dan diremas. Sakitnya bisa di tengah, sedikit ke kiri, nyerinya tumpul, dan nyerinya enggak bisa ditunjuk.
Nyeri jantung bisa timbul karena jantung kekurangan oksigen. Rasanya berat, bagai ditindih atau bahkan seperti diduduki. Sakitnya di tengah, bisa juga menjalar ke lengan kiri, leher atau ke punggung.
Hal tersebut menandakan bahwa aliran darahnya terganggu, sebabnya bisa karena adanya penyempitan. Penyebab angin duduk bisa kerena kolesterol tinggi, darah tinggi, diabetes hingga obesitas.
Kita seringkali menyalah artikan gejala angin duduk sebagai gejala masuk angin biasa. Hal tersebut mengakibatkan penanganan yang sudah terlambat hingga dapat berakibat fatal bagi penderita angin duduk.
Oleh karena itu, ada baiknya kita memahami betul gejala-gejala terjadinya angin duduk sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, agar kita dapat menangani segera saat terjadi angin duduk pada keluarga dan orang-orang di sekitar kita.
Angin duduk atau juga disebut sebagai serangan jantung, seringkali mendapat penanganan yang terlambat, hingga menyebabkan kematian. Seperti yang diketahui sebelumnya, angin duduk bisa menyerang siapa saja.
Untuk mencegah penderita mengalami kamatian, sebenarnya ada penanganan khusus sebagai pertolongan pertama untuk penderita angin duduk.
Adapun pertolongan pertamanya yang bisa dilakukan adalah mendudukkan pasien, kerah baju dibuka di bagian atas agar tidak terlalu sesak. Pasien bisa kasih aspirin, atau langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Sebagai pertolongan pertama, penderita angin duduk jangan dikerok, jangan pula diberi balsam. Jika penderitanya pingsan, cari tempat agar pasien bisa ditidurkan di alas yang keras.
Yakinkan dulu pasein tak sadar. Begitu yakin tak sadar, teriak minta tolong, lalu lakukan kompresi dada atau penekanan pada dada. Untuk kompresi, tekan 100 kali per menit. Jika pasien sudah sadar, pasiennya dimiringkan untuk mencegah muntah dan tersedak.
Jika sudah sadar, jangan dikasih minum, jangan dikasih makan, pasien diistirahatkan. Segera cari bantuan dan bawa ke rumah sakit terdekat yang punya fasilitas alat rekam jantung.
Untuk mencegah terjadinya angin duduk, ada baiknya hindari faktor risikonya seperti merokok, diabetes, obesitas, kolesterol. Jangan lupa juga untuk melakukan medical check up secara rutin.
Spesialis Penyakit Dalam, dr Ahmad Fariz Malvi Zamzam Zein, Sp.PD mengatakan bahwa sebenarnya bukan hal yang sulit untuk membedakan antara masuk angin dan angin duduk.
Adapun gejala masuk angin biasanya seperti menderita dispepsia, yaitu gejala berupa nyeri, perasaan tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau berulang disertai dengan gejala lainnya seperti rasa penuh saat makan, cepat kenyang, kembung, bersendawa, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan dada terasa panas.
Sedangkan angin duduk biasanya berkaitan dengan masalah jantung atau pembuluh darah koroner. Gejalanya terasa nyeri yang dirasakan di bagian dada. Seperti ditimpa benda berat atau seperti ditusuk-tusuk dan diremas. Sakitnya bisa di tengah, sedikit ke kiri, nyerinya tumpul, dan nyerinya enggak bisa ditunjuk.
Nyeri jantung bisa timbul karena jantung kekurangan oksigen. Rasanya berat, bagai ditindih atau bahkan seperti diduduki. Sakitnya di tengah, bisa juga menjalar ke lengan kiri, leher atau ke punggung.
Hal tersebut menandakan bahwa aliran darahnya terganggu, sebabnya bisa karena adanya penyempitan. Penyebab angin duduk bisa kerena kolesterol tinggi, darah tinggi, diabetes hingga obesitas.
Kita seringkali menyalah artikan gejala angin duduk sebagai gejala masuk angin biasa. Hal tersebut mengakibatkan penanganan yang sudah terlambat hingga dapat berakibat fatal bagi penderita angin duduk.
Oleh karena itu, ada baiknya kita memahami betul gejala-gejala terjadinya angin duduk sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, agar kita dapat menangani segera saat terjadi angin duduk pada keluarga dan orang-orang di sekitar kita.
Angin duduk atau juga disebut sebagai serangan jantung, seringkali mendapat penanganan yang terlambat, hingga menyebabkan kematian. Seperti yang diketahui sebelumnya, angin duduk bisa menyerang siapa saja.
Untuk mencegah penderita mengalami kamatian, sebenarnya ada penanganan khusus sebagai pertolongan pertama untuk penderita angin duduk.
Adapun pertolongan pertamanya yang bisa dilakukan adalah mendudukkan pasien, kerah baju dibuka di bagian atas agar tidak terlalu sesak. Pasien bisa kasih aspirin, atau langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Sebagai pertolongan pertama, penderita angin duduk jangan dikerok, jangan pula diberi balsam. Jika penderitanya pingsan, cari tempat agar pasien bisa ditidurkan di alas yang keras.
Yakinkan dulu pasein tak sadar. Begitu yakin tak sadar, teriak minta tolong, lalu lakukan kompresi dada atau penekanan pada dada. Untuk kompresi, tekan 100 kali per menit. Jika pasien sudah sadar, pasiennya dimiringkan untuk mencegah muntah dan tersedak.
Jika sudah sadar, jangan dikasih minum, jangan dikasih makan, pasien diistirahatkan. Segera cari bantuan dan bawa ke rumah sakit terdekat yang punya fasilitas alat rekam jantung.
Untuk mencegah terjadinya angin duduk, ada baiknya hindari faktor risikonya seperti merokok, diabetes, obesitas, kolesterol. Jangan lupa juga untuk melakukan medical check up secara rutin.